Teringat raut senyum dan getir amarahmu, tak berdaya menumbangkan ikhlas di relung hatimu
Kulihat raut lusuh, namun mengapa tak kau istirahatkan saja tubuh yang memaksa kuat itu, pikirku
Ah, dirimu memang begitu, lelah, sepi, apalagi usia, tak punya cukup mampu tuk melelehkan abdimu
Kadung diriku terlampau durhaka, lupa tuk sekedar mengirim salam padamu
Tapi, kapanpun aku mengingatmu…, kujelma tulusmu menjadi teman yang menuntun ke-naifan-ku, terima kasih guruku
Di Penghujung ini, kuakui ternyata 5 untai tak cukup untuk mensyukuri kebaikanmu. Guruku, Apa kabar?
Sumber Gambar : ibtimes.id
Oleh : Ita Nur Solikhah